Janji dan Pengkhianatan
Kampung kumuh lahir dari kisah-kisah
Dan tanah yang digarap dari petuah
Adalah jejak yang tidak pernah tidak mengenang
Sebab siang dan malam akan menjadi saksi berpetualang
Berkenalan dengan pujangga-pujangga yang tidak di kenal
Menodai setiap pagi ketika bunga hendak bermekaran
Sebab luka masih melekat pada barisan-barisan kata koma
Melewati nasib yang berubah hanya kesia-siaan
Ada rindu untuk menari di pantai harapan
Kepada pujangga-pujangga yang kini akan dan tengah berjejal
Merawat janji dan menanam harapan
Tapi kenapa pengkhianatan harus berada pada kata titik
Sok-Borong, 12 Juli 2018
Sia-sia
Kuhadirkan dirimu persis di dadaku
Menidurimu pada setiap napas ini berdenyut
Tanpa kaki, tanpa tubuh
Seperti diriku, kali ini hadir tanpa bingkai
Dan tidak lagi pantas untuk janji
Sebab aku hidup bukan lagi dalam bingkaimu
Kematianlah yang membakarku pada setiap bingkai
Persis ketika aku membaringkanmu di setiap aku tertidur
Semuanya hanya kesia-siaan.
Nita, 9 September 2020
Harapan di Ujung
Aku ini ada baru
Mewarnai di antara tirai asing
Ada ranting patah dan jatuh
Tenggelam dan lalu Mengalir sampai ke laut
Biarpun berlalu tapi aku kembali
Menjejali apa yang baru habis
Walau kian berlalu ditiup angin
Aku sekarang masih bisa bertahan
Sekarang hidup itu kian merapuh
Layak kayu lapuk di habis ulat dan mati
Kemudian mengaum di setiap celah-celah sunyi
Berjanji akan memberi emas dan perak di akhir
Ternyata hidup hanya sebatas janji
Yang menyimpan lalu membuang
Hanya harapan diujung
Kemudian terkubur bersama janji
Nita, 9 September 2020

*Penulis; Biasa di sapa Ari, berdiam di Biara Scalabrinian Nita-Maumere.
salam sastra